Ksatria Mujahid Sejati : Gunawan Wibisono


Gunawan Wibisana

Para pemerhati wayang mengenal tokoh Baladewa, Salya, Bisma, Karna, bahkan Kumbakarna senantiasa mengagumi watak patriotis mereka dengan menobatkan kelimanya sebagai ksatria sejati. Ini tidak terlepas dari ideologi nasionalisme yang juga didukung oleh semboyan "Right or wrong is my country" atau hadits dhoif yang berbunyi "Hubbul wathon minal imaan" (Cinta tanah air bahagian daripada iman) bertemu dalam sepakat.

Lima tokoh wayang itu dalam epos Mahabharata dan Ramayana meyakini bahwa membela tanah air tidak boleh dikaitkan dengan kebenaran ideologi suatu negeri yang diembannya. Bukankah ini cerminan sikap pragmatis (hutang budi kepada sesuatu yang memberinya status sosial terhormat) tanpa pernah perduli seperti apakah orientasi Astina di bawah pimpinan Duryudana, atau Rahwana dengan Alengkadirajanya padahal sebagai seorang rohaniwan, Bisma tentu dengan mudahnya bisa menilai orientasi Duryudana dengan program "Perangi Terorisme Pandawa Lima". Di sini makin jelas hipokritisme yang dianut kelima "lakon" tersebut.

Sebenarnya secara eksplisit Kanjeng Sunan Kalijaga sudah memberi simbolisasi yang gamblang dengan meletakkan mereka di sisi sebelah kiri jejer panggung ringgit purwa.

Nah, Gunawan Wibisana diberikan tempat di sisi kebenaran (kanan) bukan tanpa alasan, tentu karena sikap taubatnya tinggalkan Alengka dan hijrah ke Ayodya lalu berjihad membela kebenaran Rama. Ia tanpa ragu sedikitpun membocorkan rahasia kekuatan Alengka hingga kemenangan akhirnya berpihak pada Ayodya (Sisi Kanan)

Setiap pergelaran wayang kulit selalu ditutup dengan adegan Ki Dalang menarikan wayang golek dengan filosofi agar kita bisa "nggoleki" (mencari) hikmah cerita yang mesti direalisasikan dalam panggung kehidupan nyata. Ini hasil yang saya temukan maknanya. Bagaimana menurut Anda ?


Wibisana dan Kumbakarna

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Nyata